Golden Triangle


Sukses adalah hasil dari kerja bersama tiga sumber daya insani yang saling berinteraksi, yaitu keberanian bermimpi (OTAK), keteguhan meyakini (HATI) dan ketekunan mencoba (FISIK)

 Ada beberapa wilayah di berbagai belahan dunia yang digambarkan dalam garis-garis maya yang membentuk segitiga.  Di  Atlantik, ada wilayah yang dikenal sebagai Segitiga Bermuda, yang meliputi kawasan Bermuda, Miami (Florida) dan San Juan  (Puerto Rico).   Di tiga negara (Indonesia, Malaysia dan Singapura) dikenal segitiga emas pertumbuhan yang disebut SIJORI yang merupakan kependekan dari Singapura, Johor (Malaysia) dan Riau (Indonesia).  Masih di wilayah Asia Tenggara, ada wilayah yang disebut   segitiga emas yang terkenal sebagai lahan produsen opium, bahan baku bagi produksi narkotika.  Wilayah yang mencakup tiga negara yaitu Laos, Thailand dan Burma dan dilalui oleh aliran sungan Mekong ini, merupakan sumber penting bagi peredaran obat bius ilegal di dunia.  Di wilayah Jakarta Selatan, ada sebuah kawasan yang juga disebut sebagai kawasan segitiga emas.  Sekalipun harga tanah di kawasan ini masih kalah mahal dengan kawasan Menteng, tetapi kawasan yang dibatasi oleh tiga ruas jalan utama (Jalan jenderal Sudirman, jalan Gatot Subroto dan jalan H. Rangkayo Rasuna Said) memiliki daya tarik sendiri.  Kawasan yang merupakan bagian dari kecamatan Setiabudi ini, sampai saat ini masih memegang rekor jumlah gedung bertingkat  di DKI Jakarta ini.

Saudara saya, Fauzi Rachmanto menulis soal Segitiga Bermuda di blognya.  Bukan soal angkernya wilayah itu, tetapi angkernya segitiga bisnis, yaitu (1) Bisnis dengan struktur biaya yang rendah, (2) Kemampuan memberikan secara tepat apa yang diinginkan konsumen, dan (3) Lebih mampu bereaksi secara cepat.  Tiga hal itu lah yang membuat usaha berskala kecil bisa berkembang, tetapi ketiga hal itu juga yang membuat bisnis besar jadi hancur.

Tulisan ini, tentu saja tidak akan membahas lagi segitiga-segitiga di atas.  Saya akan membahas sebuah segitiga imajiner, yang akan menempatkan pelakunya pada wilayah kesuksesan.  Wilayah di dalam segitiga itu adalah wilayah kesuksesan, dalam skala berbeda-beda.  Ketiga garis imajiner itu adalah tiga sumber daya insani yang seharusnya saling berinteraksi, yaitu keberanian bermimpi (Otak), keteguhan meyakini (Hati) dan ketekunan mencoba (Fisik).

Membuat otak berani bermimpi, mungkin sangat mudah.  Mimpi toh nggak usah bayar. Datangi orang-orang yang masuk dalam kriteria ideal anda, lalu bayangkan diri anda seperti mereka.  Mimpi itu juga unlimited. Dan kita lah yang membatasi mimpi kita sendiri.  Mengapa kita hanya ingin punya penghasilan sepuluh juta, padahal tidak ada yang melarang untuk punya penghasilan lebih besar dari angka itu?  Mengapa kita hanya ingin punya Jaguar, padahal tidak ada yang melarang kita untuk punya kendaraan yang lebih mahal? 

Membuat hati tetap teguh memegang keyakinan, tampaknya lebih sulit.  Mengapa?  Otak adalah organ yang memberikan perintah kepada organ tubuh lain untuk bertindak atau tidak bertindak.  Untuk mendapatkan apa yang diinginkan, seseorang harus melakukan tindakan.  Ketika tindakan sudah dilakukan dan kemudian terjadi kegagalan, hati adalah organ pertama yang menerima responnya.  Rasa tidak enak, sakit hati, perasaan bersalah dan sebagainya, adalah beberapa alasan mengapa keteguhan memegang keyakinan jadi goyah.  Hati yang goyah kemudian memberikan umpan balik kepada otak.  Stop aja deh! 

Apakah selalu begitu?  Tentu saja tidak.  Hati yang mudah goyah, adalah hati yang diletakkan di bawah otak.  Hati yang berhasil dijinakkan oleh otak.  Untuk hati yang sangat teguh, rasa tidak enak, sakit hati dan perasaan bersalah di persepsi atau dibingkai-ulang sebagai ongkos belajar. Itu lah hati yang diletakkan di atas otak. Hati yang tidak kenal rasa sakit itu lah yang bisa mengantar pemiliknya ke gerbang kesuksesannya.

Komunitas Tangan Di Atas, punya slogan yang oke punya.  Saya sangat menyukainya.  Take Action Miracle Happen.  No Action Nothing Happen.  Bertindak lah, maka keajaiban akan terjadi. So, tindakan yang bagaimana? 

Tetap lah bertindak.  Hasil dari tindakan itu, adalah feedback untuk ditindak-lanjuti.  Kalau hasilnya baik, meniru kampanye suatu partai, lanjutkan.  Kalau hasilnya buruk, tidak selalu harus dihentikan karena penyebabnya bukan satu.  Kalau sebabnya hanya karena kurang mahir, ulangi.  Sampai mahir.  Di luar itu, boleh dicoba cara lain. 

Yang terpenting, tetap lah menjaga agar Otak, Hati dan Fisik berada pada satu frekuensi.  jangan biarkan ketiganya berjalan sendiri-sendiri sesuai selera masing-masing.  Membiarkan ketiganya mencari jalan sendiri, berpotensi besar membuat seseorang sampai pada tujuan yang tidak ia inginkan.  Jadikan hati sebagai panglima.  Dan sebagai panglima, hati harus memiliki kekuatan memaksa.  Kalau otak mengeluh dan memerintah untuk berhenti.  Fisik malas bergerak.  Tugas hati lah untuk memaksa mereka terus dan terus bergerak.

Comments