Menghujat Kapitalisme


Hari-hari belakangan ini, saya sedang cari-cari bahan untuk bikin proposal disertasi. Saya pun tertarik menelusuri akar kapitalisme modern. Penelusuran saya tertambat pada sebuah artikel di New York Times di era tujuh puluhan, yang ditulis oleh Milton Friedman. Judulnya, The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits. Dalam artikel ini, jelas-jelas Friedman menulis bahwa satu-satunya tanggung jawab sosial dari sebuah bisnis adalah meningkatkan keuntungan.
Saya pun jadi paham kecenderungan bangsa manusia, yang suka mengutip sesuai dengan yang diinginkannya, tapi melupakan poin-poin lainnya. Tulisan Friedman tentang satu-satunya tujuan bisnis adalah memaksimalkan keuntungan, akhirnya kita pahami sebagai postulat prinsip ekonomi : mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya. Friedman seolah menghalalkan perilaku bisnis seperti yang dilakukan VOC di masa lalu.
Benarkah begitu? Ternyata tidak. Friedman menulis di artikel itu (tapi jarang dikutip orang), jalan mendapatkan keuntungan dari bisnis itu harus dilakukan dengan mematuhi regulasi dan tetap berpegang pada etika bisnis. Friedman mungkin menangis di alam sana, melihat tulisannya ‘diperkosa’.
Apa yang disebut sebagai prinsip ekonomi, yang kita hapal sejak di bangku SMP, bisa jadi cuma bakal dipatuhi oleh Gordon Gekko, tokoh rekaan di film Wall Street, yang diperankan Michael Douglas. Walau tokoh rekaan, pengikut Gekko kini banyak sekali. Mereka bisa berbuat apa saja demi mendapat keuntungan, termasuk mengelabui hukum dan menginjak-injak etika. Awalnya dari satu hal, mengutip sepotong-sepotong, semaunya sendiri ...

Comments