Membaca Tanda-tanda (2)


Ayat pertama yang diterima oleh nabi Muhammad adalah surat Al-Alaq 1 - 5. Seorang ustadz bercerita bahwa setelah turunnya ayat itu, tidak ada ayat lain yang turun dalam rentang waktu yang cukup lama. Dalam kitab As-Sirah An-Nabawiyah Durus wa Ibar karya Mushtafa As-Siba'i (halaman 45 - 46) disebutkan bahwa rentang waktu itu berkisar antara 6 bulan sampai 3 tahun.

Pasti ada alasan yang sangat kuat mengapa ayat pertama seolah memberi perintah kepada umat untuk membaca. Dan di kepala saya, ada pertanyaan nakal muncul ketika 3 informasi itu digabungkan. Kalau ayat Al-Qur'an yang turun hanya surat Al-Alaq 1 - 5 dan setelah itu tidak turun ayat yang lain, lalu apa yang dibaca umat Islam saat itu?

Tentu saja ada banyak jawaban atas pertanyaan itu. Seorang kawan menyatakan bahwa pada waktu itu, dakwah masih dijalankan secara diam-diam. Dan pemeluk Islam pun masih ada di lingkaran dalam keluarga Rasulullah yaitu Khadijah, Ali bin Abu Thalib dan Zaid bin Haritsah. Dari lingkaran luar, baru ada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Jadi, kalau ayat Al-Qur'an belum banyak/lengkap, tentu belum banyak pengaruhnya.

Saya juga punya jawaban versi lain dari pertanyaan nakal itu. Perintah membaca dalam surat itu, saya artikan bukan hanya sekedar membaca ayat, tetapi diartikan juga sebagai membaca tanda-tanda. Setiap kejadian, hadir di hadapan manusia, untuk dibaca tanda-tandanya. Dan Tuhan sudah memberikan beberapa perangkat kepada kita, untuk membaca dan memahami tanda-tanda, yaitu otak dan hati kita masing-masing.

Sekali lagi, setiap kejadian, hadir di hadapan manusia, untuk dibaca tanda-tandanya. Entah itu pimpinan yang kerjanya ngomel melulu, karyawan yang bekerja semaunya sendiri, anak yang sulit belajar, istri yang kurang bersyukur dan sebagainya, adalah tanda-tanda dari Tuhan, untuk kita baca, maknai dan pahami, untuk kemudian kita sikapi.

Dalam beberapa kesempatan saya menyampaikan ide 'Membaca Tanda-tanda' ini, saya menerima banyak pertanyaan. Ada yang bertanya, mengapa walaupun ia sudah bersikap begitu baik kepada suami, tetapi sang suami tidak kunjung bersikap sama baiknya? Ada juga yang bertanya, mengapa anaknya tetap saja nakal sekalipun sudah diberitahu atau bahkan dihukum? Atau mengapa banyak bawahan yang tetap saja melaksanakan tugas semaunya sendiri sekalipun sudah ada aturan pelaksanaan tugas?

Ada beberapa jawaban. Pertama, saya katakan pada mereka, bahwa itulah tanda-tanda dari Yang Maha Kuasa, bahwa kita belum lulus mata kuliah Kesabaran. Apalagi kita merespon semua perilaku itu dengan marah-marah. Kehadiran orang-orang yang membuat kita sebal itu, adalah bagian dari cara Tuhan mendidik kita untuk menjadi manusia yang lebih sabar.

Berikutnya, adalah fenomena surat dan tukang pos. Agak panjang penjelasannya. Misalnya ada kawan anda di luar negeri mengirim surat kepada anda. Isinya minta dikirimi uang dalam jumlah tertentu. Surat itu dikirim melalui pos, sehingga surat itu sampai di tangan anda melalui tukang pos. Karena tugas yang terlalu banyak, pak pos menyampaikan surat itu dengan cara dilempar. Dan anda memarahi si tukang pos, sampai-sampai anda lupa membaca isi suratnya.

Inilah yang saya sebut sebagai fenomena surat dan tukang pos. Kita lebih fokus memarahi tukang pos daripada membaca surat. Kita cenderung marah-marah pada orang-orang yang menyebalkan itu, tetapi lupa pesan-pesan yang ingin disampaikanNya. Ujung-ujungnya, kita menghabiskan energi terlalu banyak untuk marah-marah, ngomel, naik pitam dan bahkan menggebuki orang lain.

Dalam kehidupan, kita memang menjalani semacam proses, dimana kita selalu memberi arti terhadap aneka kejadian. Dan arti yang kita berikan terhadap aneka kejadian itu lah yang akan menentukan respon kita terhadap kejadian. Ada orang yang marah-marah melihat anaknya memiliki nilai raport yang buruk. Ada juga orang yang mengalami hal yang sama, kemudian melakukan introspeksi dan jadi lebih memperhatikan anaknya. Ada orang yang memilih berhenti ketika bekerja pada sebuah perusahaan yang pimpinannya marah-marah melulu. Tapi ada juga karyawan yang merespon marah-marah bosnya dengan melakukan perubahan tindakan sehingga sang bos tidak marah lagi.

Dan pembaca. Apa respon anda setelah membaca tulisan ini?

Comments