Da'i dan Jamaahnya


Seorang da’i punya ‘pengalaman’ spiritual. Diceritakannya, dirinya pernah punya sebuah mobil yang lumayan bagus. Mobil itu kemudian dijual, lalu seluruh hasil penjualannya disedekahkan. Tak lama setelah itu, dia ketiban rezeki, yang besarannya kira-kira sepuluh kali lipat dari harga jual mobilnya.


Sang da’i menceritakan pengalamannya itu dengan gaya story telling yang indah dan menarik. Beberapa jamaah meneriakkan kalimat tasbih berulang-ulang. Kalimat takbir pun susul-menyusul. Pada bagian akhir, sang da’i menggelar surbannya, dan memprovokasi para audiensnya untuk bersedekah juga.


Cara ini berulang-ulang dilakukannya, dengan berbagai variasi. Kadang dia mengundang pejabat dan atau istrinya ke panggung dan mengajaknya bersedekah. Seolah patuh, orang-orang yang diundang itu kemudian mengeluarkan seluruh isi dompet atau tas yang dibawanya. Ada juga yang melucuti berbagai perhiasan yang ada di leher, jari-jemari, pergelangan tangan atau bahkan kaki. Semua disedekahkan.


Salahkah?


Apa yang dipaparkan oleh sang da’i adalah persepsi. Dan tidak ada yang salah dengan persepsi itu. Menganggap bahwa rejeki 10 kali lipat karena sedekah, boleh-boleh saja. Nggak ada undang-undang yang melarang. Bahkan di kitab suci, ganjaran untuk itu bisa 700 kali lipat.

 

Yang keliru adalah ketika kejadian khusus yang dialami sang da’i digeneralisasi menjadi sedekah massal untuk menghasilkan ganjaran 10 kali lipat. Why?


Saya yakin, - haqqul yaqin, bahwa janjiNya memberikan ganjaran atas infak-sedekah yang dilakukan seseorang adalah janji yang bakal ditunaikan. Hanya saja, ganjaran yang berlipat-ganda itu bukan hanya dalam bentuk cash. Anugerah kesehatan bagi diri dan keluarga, anak tidak terseret narkoba, rumah nggak kebanjiran, juga rezeki. Tapi itu semua nggak masuk hitungan!


Masyarakat kita memang belum dewasa. Kata-kata para public figure bisa begitu sangat dipercaya tanpa koreksi. Jadi, mereka pun berbondong-bondong menjual harta-bendanya, termasuk yang paling berharga, untuk disedekahkan. Harapannya agar mendapat ganjaran 10 kali lipat. Siapa tahu bisa lebih …


Ketika semua harta benda sudah habis disedekahkan, dan ganjaran cash tidak kunjung datang, keluhan kekecewaan muncul silih-berganti. Era sosial media, sangat membantu hal-hal begini jadi viral.  


Buat para da’i, bijaklah menyampaikan dakwahmu. Audiensmu belum cukup dewasa. Jangan sampai dikau disebut penipu …


Wahai jamaah, dewasalah. Jangan telan bulat-bulat semua ucapan para public figure, termasuk para da’i. Mereka manusia biasa, yang mungkin punya salah, dan atau kepentingan. Saring ucapan mereka dengan akal sehat!



Comments

Post a Comment