Bisnis Syariah, Bisnis Sosial


Semakin saya mendalami Social Entrepreneurship, semakin banyak saya temukan kecocokan model bisnis itu dengan keyakinan saya. Tanpa harus menyebutnya sebagai bisnis syariah yang kemudian diberi label halal, bisnis sosial sudah mengarah pada bisnis yang islami.
Di tengah geliat implementasi syariah di berbagai bidang, termasuk keuangan, berbagai praktek yang secara tekstual tampak tidak bermasalah, ternyata menyimpan ‘cacat’ secara kontekstual. Penggunaan teks cenderung ‘akal-akalan’ kerap dilakukan, dengan harapan mendapatkan keuntungan dari praktek yang mendapat legitimaai syariah itu.
Izinkan saya mengambil sebuah contoh. Di kalangan perbankan syariah, terjadi keengganan dalam menggunakan akad bagi hasil. Mereka lebih suka menggunakan akad jual beli yang notabene memberi berbagai keuntungan lebih. Dengan akad ini, lembaga keuangan syariah terhindar dari kerugian, jika hal yang sama menimpa nasabah. Dengan kata lain, bank akan tetap untung, apapun yang terjadi pada nasabahnya.
Kalau mau tahu lebih banyak, anda saya persilahkan membaca buku the Heaven’s Bankers tulisan Harris Irfan. Irfan, yang mengawali karirnya di Deutsche Bank, dan terakhir menjadi investment banker di HSBC Syariah. Irfan menemukan bahwa praktek-praktek perbankan syariah yang dilakukan di tempatnya bekerja, memang terbukti meningkatkan pertumbuhan. Di sisi lain, ternyata pertumbuhan yang meroket itu tidak diikuti dengan peningkatan pada aspek dasar kehidupan, pemberdayaan masyarakat dan distribusi kekayaan yang merata, yang menjadi prinsip dasar ekonomi Islam.
Lalu bagaimana dengan bisnis sosial? Sebagai perbandingan, saya mengambil contoh Triodos Bank yang bermarkas di Belanda. Bank yang sudah tersertifikasi sebagai Benefits Corporations (B Corps) ini, tak hanya melantunkan slogan, tetapi sekaligus melaksanakan apa yang disebutnya sebagai bisnis untuk kebaikan.
Lihatlah laporan kinerjanya di tahun 2017. Pada prakteknya, Triodos Bank tidak memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang produk dan layanannya tidak berkelanjutan, termasuk industri yang merusak lingkungan, menghasilkan produk yang merusak kesehatan, produsen senjata dan juga nuklir. Triodos juga memublikasi secara transparan para pemegang saham dan berbagai pihak yang menempatkan dana dalam jumlah besar di bank tersebut. Juga berbagai unit bisnis yang mendapat pembiayaan.
Tentu saja, bank-bank syariah punya kelebihan, seperti halnya Triodos Bank memiliki kekurangan. Pengenaan bunga kepada nasabah, menjadi titik crucial untuk menyebut Triodos Bank sebagai bank yang ‘Islami’. Saya punya keyakinan, bahwa baik bank syariah dan bank yang berbasis bisnis sosial, sedang bergerak ke arah yang lebih sempurna. Kalau sudah sampai, insya Allah Islami banget, baik teks maupun konteks. Lebih jauh lagi, bank-bank yang tidak bergerak ke sana, cepat atau lambat bakal tergusur.
I hope someday
You’ll join us

Comments