Kemitraan dengan Perusahaan Sosial


 

Manakah sektor yang paling banyak memberikan sumberdaya finansialnya untuk kepentingan pemecahan beragam masalah yang ada di masyarakat, khususnya kelompok-kelompok rentan?  Mungkin ada yang masih berpikir bahwa jawabannya adalah Pemerintah negara-negara maju.  Kenyataannya, data mutakhir tidaklah menunjukkan demikian.  Lembaga donor yang dibiayai pemerintahan unilateral maupun multilateral bukan lagi menjadi yang terbesar.

 

Di Amerika Serikat saja, menurut dokumen dari Center for Global Prosperity (2011), sejak tahun 2009 donasi yayasan perusahaan sudah melampaui pemerintahnya, dengan selisih USD9 miliar.  Sebuah survei B Lab di tahun yang sama menemukan bahwa dari 184 perusahaan global yang aktif dalam pemecahan masalah sosial, jumlah dana filantropinya mencapai rerata USD22 juta per perusahaan.  Ini artinya dari mereka saja ada dana lebih dari USD15 miliar per tahunnya.  Pada tahun berikutnya, sebuah survei yang dikutip William Eggers dan Paul MacMillan (2013) memerkirakan jumlah total filantropi perusahaan yang melantai di bursa saham seluruh dunia telah mencapai USD41 miliar, alias Rp533 triliun!  

 

Gambaran yang lebih mencengangkan datang dari dunia investasi.  Jumlah investasi di AS dan Eropa yang masuk ke dalam kategori SRI (Sustainable, Responsible, Impact) atau investasi yang sengaja dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan telah melampaui USD5,67 triliun pada permulaan tahun 2014 (USSIF, 2014).  Artinya, ada sekitar Rp74.000 triliun anggaran yang bisa dipergunakan untuk memecahkan masalah-masalah itu.  

 

Pertanyaannya kemudian, kepada sektor manakah sumberdaya finansial sebesar itu digelontorkan?  Berbagai survei tentang kepercayaan publik kepada sektor-sektor menunjukkan konsistensi hasil.  Perusahaan sosial kini menempati kepercayaan tertinggi, disusul organisasi masyarakat sipil dan perusahaan.  Sampai sekarang, kepercayaan kepada media massa dan pemerintah masihlah yang terendah.  Dan, hal ini juga tercermin dari ke mana sumberdaya finansial dari filantropi maupun investasi itu mengalir.

 

Dengan raihan kepercayaan tertinggi di antara seluruh sektor, perusahaan sosial kini menjadi salah satu sasaran yang paling cepat pertumbuhannya dari donasi dan filantropi itu.  Eggers dan MacMillan mencatat pendapatan sektor yang baru ini telah mencapai USD2,1 triliun, alias lebih dari Rp27.000 triliun, dan kecepatan pertumbuhannya 15,1% per tahun.  Kecepatan pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan sektor manapun.

 

Salah satu kunci sukses pertumbuhan itu adalah kerjasama yang dilakukan antara perusahaan komersial dan perusahaan sosial.  Jerr Boschee dari Social Enterprise Alliance pernah mengeluarkan estimasi bahwa di tahun 2011 dua dari tiga perusahaan sosial telah menjadi mitra pilihan perusahaan komersial untuk melakukan beragam hal, mulai dari penyediaan lapangan kerja untuk kelompok-kelompok rentan hingga energi bersih dan berkelanjutan.  Proporsi itu sangatlah besar, dan terus meningkat.

 

Pertanyaannya kemudian, apa yang menjadi kunci kesuksesan perusahaan sosial itu?  Kami menemukan beragam penjelasan, namun beberapa tampak sangat menonjol.  Pertama, dunia kini tampaknya sedang mengalami pergeseran dari ekonomi berbasis kompetisi menjadi berbasis kolaborasi (Lowitt, 2013).  Hal ini menjadikan perusahaan-perusahaan komersial secara aktif mencari mitra.  Kedua, mencuatnya pendekatan triple bottom line dan creating shared value dan yang sejenisnya, membuat perusahaan komersial mencari mitra yang bisa menunjukkan kinerja yang juga baik di luar kinerja finansial. 

 

Ketiga, penelitian-penelitian mutakhir menunjukkan korelasi positif antara kinerja keberlanjutan dan kinerja finansial.  Sehingga, kebutuhan untuk mencari mitra yang bisa membantu perwujudan keberlanjutan menjadi semakin penting.  Keempat, secara ‘alamiah’ perusahaan-perusahaan sosial memang bertujuan mencapai sukses dalam dampak sosial dan kinerja finansial, sehingga menjadi mitra potensial yang paling jelas.  Keempat kondisi itulah yang tampaknya menjadi kunci sukses perusahaan sosial di masa kini dan mendatang.                    

 

Telah dimuat di harian Kontan, 01 03 2016


Saya tulis artikel ini bersama mas Jalal – Pendiri dan Komisaris Perusahaan Sosial WISESA

 

Comments