Dari Mana Datangnya Ide Bisnis Sosial?


Salah satu pertanyaan paling menarik dalam dunia bisnis sosial adalah dari mana datangnya ide untuk membuat dan menjalankannya. Ada banyak cara untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan sebagian besar disandarkan pada pengalaman-pengalaman para pebisnis sosial sendiri. Namun, pengalaman- pengalaman itu sedemikian beragamnya, sehingga tampak tak ada pola tertentu. Benarkah?

Otto Scharmer, pengajar senior di Massachusetts Institute of Technology (MIT), adalah seorang pakar pemikiran tentang perubahan sosial yang telah menemukan pola ajeg di antara mereka yang berhasil mendatangkan perubahan skala raksasa, termasuk melalui berbagai bisnis sosial. Setelah mewawancarai ribuan kampiun perubahan, ia sampai pada kesimpulan bahwa sesungguhnya apa yang sangat menentukan kualitas dan skala perubahan itu adalah proses internal yang terjadi dalam diri mereka yang terlibat.

Proses internal itu mencakup pemikiran dan tindakan yang secara terus menerus menguatkan. Dalam aras pemikiran, yang terjadi adalah increasing awareness of the whole; sementara dalam aras tindakan, yang terjadi adalah action that increasingly serves the whole. Keduanya semakin mendalam bersamaan dengan keterbukaan pemikiran, keterbukaan hati, dan kesediaan bertindak pelakunya. Keterbukaan pemikiran akan meruntuhkan kecenderungan menghakimi; keterbukaan hati akan mendobrak sinisisme; dan kesediaan bertindak adalah obat bagi ketakutan atas masa depan. Inilah inti dari Teori U yang membuat Scharmer melambung namanya.

Seluruh proses itu akan menuntun pelakunya ke dalam eksperimentasi sosial yang secara konsisten menuju perubahan sosial yang diinginkan. Dan itulah yang dalam beberapa bulan terakhir sedang dijalani oleh tiga orang murid Scharmer di Indonesia, Arimbi Heroepoetri, Sara Dhewanto, dan Basaria Martha. Mereka, dalam kapasitas sebagai fellow program IDEAS di MIT, menerapkan Teori U untuk membuat perubahan sosial terkait sampah dan kemiskinan perkotaan.

Mereka menemukan bahwa di Rusun Marunda kehidupan masyarakat tak begitu menyenangkan. Pendapatan sebagian masyarakat di sana rendah, dan ancaman kesehatan terhadap warganya tidaklah kecil. Sebagiannya karena tumpukan sampah di sekeliling warga. Jelas, secara cepat mereka bisa melihat bahwa sampah bisa dijadikan sumber pendapatan masyarakat, sehingga bisa sekaligus menyelesaikan masalah pendapatan, kesehatan, dan lingkungan sekaligus. Tetapi, untuk memulai perubahan sosial ini mereka perlu menekan keraguan bahwa kerja itu akan sia-sia, karena telah banyak orang yang mencoba melakukannya dengan hasil tak memuaskan.

Ketika mencari tahu lebih dalam lagi, mereka menemukan bahwa kesadaran lingkungan warga memang tidak tinggi, sudah ada yang mengenalkan konsep bank sampah kepada warga rusun, juga ada berbagai upaya lain untuk meningkatkan pendapatan yang tak berhasil. Kondisi seperti ini biasanya menimbulkan sinisisme kepada masyarakat, bahwa sesungguhnya mereka memang tak memiliki motivasi juga malas. Karena Teori U mengajarkan untuk mengekang sinisisme, mereka terus berjalan dengan eksperimennya, lalu menemukan bahwa prasangka tersebut memang tidak disandarkan pada realitas. Motivasi warga rusun untuk menjadi sejahtera ternyata memang tinggi, dan jelas pula bahwa mereka, terutama kaum perempuannya, adalah orang- orang yang rajin.

Yang menjadi kendala selama ini ternyata adalah belum dimilikinya pengetahuan dan keterampilan yang bisa membawa warga rusun menjadi pebisnis profesional. Juga, masalah klasik, akses terhadap pasar. Keterampilan untuk mengubah sampah menjadi barang-barang berharga sendiri sudah mereka miliki, walau memang perlu mendapatkan masukan soal desain dan kualitas produknya. Maka, persis di situlah intervensi yang kemudian dilakukan 3 murid Scharmer tersebut: mendesain produk yang bisa dijual dalam jumlah besar untuk berbagai keperluan seminar. Dengan semakin banyaknya seminar, pelatihan, dan lokakarya terkait keberlanjutan, produk warga rusun tentu akan bisa mendapatkan ceruk pasar yang besar.

Selain itu, untuk menjadikan warga rusun menjadi pebisnis profesional, mereka juga mengajarkan pembuatan penawaran bisnis, tagihan, perhitungan biaya, penentuan harga jual, komunikasi dan negosiasi, serta pembuatan laporan keuangan. Arimbi adalah aktivis gerakan lingkungan dan perempuan yang kawakan, sementara Sara dan Martha berlatar bisnis dan keuangan. Ketiganya adalah kombinasi yang ideal untuk menolong warga rusun membuat aktivitas itu menjadi perusahaan komunitas.

Kini, beberapa bulan saja sejak pertama kali tiga murid Scharmer menjejakkan kaki di Rusun Marunda, masalah pendapatan, kesehatan, dan lingkungan yang dihadapi warga rusun mulai tampak membaik. Dua klien pertama bagi para perempuan warga rusun memang mereka yang mendatangkannya, tetapi kini warga rusun sudah mampu secara langsung berhubungan dengan klien-klien potensialnya. Warga rusun lainnya juga mulai bergabung ke dalam bisnis sosial tersebut, yang menghasilkan dampak positif yang terus membesar.

Teori U sebagai penghela dan model perubahan sosial telah mendapatkan pengakuan tertinggi di level global. Di Indonesia, ada puluhan murid langsung Scharmer yang mempraktikkannya, dengan hasil-hasil yang menggembirakan. Oleh karena itu, bila ada yang bertanya soal dari mana bisa memulai bisnis sosial, kami di WISESA akan dengan senang hati merujuk kepada teori yang telah terbukti keampuhannya itu. Tentu, kami juga sangat bersedia untuk menunjukkan contoh-contoh karya murid Scharmer yang lain.

Telah dimuat di harian Kontan, 26 11 2015

Saya tulis bersama mas Jalal - Pendiri dan Komisaris Perusahaan Sosial WISESA

Comments

  1. Seharusnya kementrian sosial atau dinas sosial pemda aktif mengeksplorasi sosial ttg kemiskinan utk bisa ditingkatkan menjadi masyarakat madani. Tidak salah kalau Presiden Gusdur membubarkan kementrian sosial dan penerangan krn tdk bermanfaat utk masyarakat dan bertahun tahun menjadi sumber korupsi spt yg terakhir ini menteri sosialnya Juliari Batubara, yg memotong dana bantuan utk masyarakat krn bencana alam. Seharusnya Kementrian Sosial merangkul lsm lsm yg telah berhasil membina masyarakat muskin menjadi masyarakat madani dgn meningkatkan ekonominya dan meningkatkan taraf hidup sosial yg layak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nantilah kalau di antara kita ada yang jadi mensos. Sekarang, kita lakukan yang bisa kita lakukan

      Delete

Post a Comment